KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MARAKNYA PERILAKU BULLYING
DI SEKOLAH”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan di Universitas Islam
Nusantara Bandung.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini,
khususnya kepada :
1.
Bapak Prof.H.Abdurrakhman Ginting,Ph.D selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan
2.
Rekan-rekan semua di prodi Pendidikan Bahasa Inggris
3.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Bandung, 08 Desember 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………………………1
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………………………… 2
BAB
I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….. 3
- Latar
Belakang……………………………………………………….. 3
- Rumusan
Masalah……………………………………………………..3
- Tujuan………………………………………………………………….3
BAB
II PEMBAHASAN …………………………………………………………………….. 4
- Definisi Bullying……………………………………………………….
4
- Jenis-Jenis Bullying…………………………………………………….4
- Faktor Penyebab Perilaku Bullying
antar Pelajar……………………. 5
- Dampak yang Timbul dari
Tindakan Bullying antar Pelajar………….6
- Upaya untuk Mengatasi Bullying
di Sekolah…………………………7
BAB
III PENUTUP ………………………………………………………………………….8
- Kesimpulan
……………………………………………………………………….. 8
- Saran
……………………………………………………………………………….8
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………………………….9
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja.
Kasus bullying biasanya menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan
mengintimidasi/mengejek kawannya sehingga kawannya tersebut jengkel. Atau lebih
parah lagi, korban bullying akan mengalami depresi dan hingga timbul rasa untuk
bunuh diri. Bullying harus dihindari karena bullying mengakibatkan korbannya
berpikir untuk tidak berangkat ke sekolah karena di sekolahnya ia akan di bully
oleh si pelaku. Selain itu, bullying juga dapat menjadikan seorang anak turun
prestasinya karena merasa tertekan sering di bully oleh pelaku.
Sekalipun bullying telah
menjadi sebuah masalah selama berabad-abad, bullying tidak
menerima perhatian penelitian signifikan sampai tahun 1970-an (Olweus, 1978).
Profesor Dan Olweus adalah ilmuwan pertama yang memfokuskan diri pada topik
tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya pada literatur bullying.
Banyak penelitian Olweus menjelaskan mengapa beberapa anak melakukan bullying dan
mengapa beberapa lainnya menjadi korban bullying. Bukan itu saja, Olweus
juga menunjukkan bahwa bullying di sekolah dapat direduksi
secara signifikan. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat penting.
Hasil
studi dari Olweus mengesankan banyak peneliti sosial di dunia. Sebelum abad ke
-20 berakhir, ratusan studi serupa telah dilakukan di banyak negara. Buku,
artikel, website, video dan CD mulai bermunculan dengan maksud
untuk menjelaskan apa saja yang perlu kita lakukan untuk mereduksi bahkan
menghentikan bullying di sekolah
2.
Rumusan
Masalah
- Apa sajakah faktor penyebab
maraknya bullying antar pelajar di sekolah?
- Apa sajakah dampak dari
tindakan bullying antar pelajar di sekolah?
- Bagaimana altrnatif tindakan
yang bisa dilakukan untuk permasalahan tersebut?
3.
Tujuan
1.
Mendeskripsikan faktor penyebab
maraknya bullying antar pelajar di sekolah.
2.
Mendeskripsikan dampak yang timbul
dari tindakan bullying antar pelajar di sekolah.
- Mengidentifikasi alternatif tindakan yang bisa
dilakukan untuk permasalahan tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Definisi Bullying
Bullying (arti harfiahnya: penindasan) adalah perilaku
seseorang atau sekelompok orang secara berulang yang memanfaatkan
ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara
mental atau secara fisik. Menurut Merriam-Webster Online Dictionary, bullying
adalah “a blustering rowbeating person; especially one
who is habitually cruel to others who are weaker.” Melakukan bullying berarti
to “treat someone abusively or to affect them by means of force or
coercion.”. Center for Children and Families in the Justice System mendefinisikan bullying sebagai ,
“repeated and systematic harassment and attacks on others.” Bullying bisa
terjadi dalam berbagai format dan bentuk tingkah laku yang berbeda-beda.
Di antara format dan bentuk tersebut adalah; nama panggilan yang tidak
disukai, terasing, penyebaran isu yang tidak benar, pengucilan, kekerasan
fisik, dan penyerangan (mendorong, memukul, dan menendang), intimidasi,
pencurian uang atau barang lainnya, bisa berbasis suku, agama, gender, dan
lain-lain.
Bullying merupakan suatu bentuk ekspresi, aksi bahkan perilaku
kekerasan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi pengertian bullying sebagai
“kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang
atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri
dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau
membuat orang tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya.”Bullying biasanya
dilakukan berulang sebagai suatu ancaman, atau paksaan dari seseorang atau
kelompok terhadap seseorang atau kelompok lain. Bila dilakukan
terus menerus akan menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan, dan depresi.
Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung pada pihak yang setara,
namun, sering terjadi pada pihak yang tidak berimbang secara kekuatan
maupun kekuasaan. Salah satu pihak dalam situasi tidak mampu
mempertahankan diri atau tidak berdaya. Korban bullyingbiasanya
memang telah diposisikan sebagai target. Bullying sering kita
temui pada hubungan sosial yang bersifat subordinat antara senior dan
junior.
2. Jenis-Jenis Bullying
a. Bullying
secara verbal, berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan
(baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa
ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi,
tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan
lain sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullyingdalam
bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan, kerap
menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat
menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih jauh.
b. Bullying secara
fisik, yang termasuk jenis ini ialah memukuli, mencekik, menyikut, meninju,
menendang, menggigit, emiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas
hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak serta menghancurkan barang-barang
milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah
yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara
fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Anak yang
secara teratur melakukan bullying dalam bentuk ini kerap
merupakan anak yang paling bermasalah dan cenderung beralih pada
tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.
c. Bullying secara
relasional (pengabaian), digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang
teman atau bahkan untuk merusak hubungan persahabatan. Bullying secara
relasional adalah pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini dapat
mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan
mata, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh
yang kasar. Bullying secara relasional mencapai puncak
kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi perubahan-perubahan fisik,
mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk
mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya.
d. Bullying elektronik, merupakan
bentuk dari perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui
sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website,
chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror
korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film
yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis
ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup
baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
3. Faktor Penyebab Perilaku Bullying antar Pelajar
Banyak
sekali faktor penyebab mengapa seseorang berbuat bullying. Pada umumnya
orang melakukann bullying karena merasa tertekan, terancam,terhina, dendam dan
sebagainya. Berikut faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying
antar pelajar :
- faktor keluarga
Pelaku
bullying bisa jadi menerima perlakuan bullying pada
dirinya, yang mungkin dilakukan oleh seseorang di dalam keluarga.
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang agresif dan berlaku kasar akan
meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya. Kekerasan fisik dan verbal
yang dilakukan orangtua kepada anak akan menjadi contoh perilaku. Hal ini
akan diperparah dengan kurangnya kehangatan kasih sayang dan
tiadanya dukungan dan pengarahan membuat anak memiliki kesempatan
untuk menjadi seorang pelaku bullying. Sebuah studi membuktikan
bahwa perilaku agresif meningkat pada anak yang menyaksikan kekerasan
yang dilakukan sang ayah terhadap ibunya.
2.
faktor kepribadian
Salah
satu faktor terbesar penyebab anak melakukan bullying adalah tempramen.
Tempramen adalah karakterisktik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon
emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku personalitas
dan sosial anak. Seseorang yang aktif dan impulsif lebih mungkin untuk
berlaku bullying dibandingkan orang yang pasif atau pemalu.
Beberapa anak pelaku bullying sebagai jalan
untuk mendapatkan popularitas, perhatian, atau memperoleh barang-barang
yang diinginkannya. Biasanya mereka takut jika tindakan bullying menimpa
diri mereka sehingga mereka mendahului berlaku bullying pada
orang lain untuk membentuk citra sebagai pemberani. Meskipun beberapa
pelaku bullying merasa tidak suka dengan
perbuatan mereka, mereka tidak sungguh-sungguh menyadari akibat perbuatan
mereka terhadap orang lain.
3.
faktor sekolah
Tingkat
pengawasan di sekolah menentukan seberapa banyak dan seringnya terjadi
peristiwa bullying. Sebagaimana rendahnya tingkat pengawasan
di rumah, rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan
berkembangnya perlaku bullying di kalangan
siswa. Pentingnya pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan
lapangan, karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku bullying
kerap dilakukan. Penanganan yang tepat dari guru atau
pengawas terhadap peristiwa bullying adalah hal yang
penting karena perilaku bullying yang tidak ditangani dengan
baik akan meyebabkan kemungkinan perilaku itu terulang.
4. Dampak yang Timbul dari Tindakan Bullying antar
Pelajar di Sekolah.
- Gangguan Kesehatan Fisik
Beberapa
dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit
kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada.
Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN,
dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
2.
Menurunnya Kesejahteraan Psikologis
Dampak
lain yang kurang terlihat, namun berefek jangka panjang adalah menurunnya
kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dan penyesuaian
sosial yang buruk. Dari penelitian yang dilakukan Riauskina dkk., ketika
mengalami bullying, korban merasakan banyak emosi negatif (marah,
dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) namun
tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat
berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder).
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder).
5. Upaya untuk Mengatasi Bullying Di Sekolah
Upaya
mencegah dan mengatasi bullying di sekolah bisa dimulai dengan:
- Menciptakan Budaya Sekolah yang
Beratmosfer Belajar yang Baik.
Menciptakan
budaya sekolah yang beratmosfer belajar tanpa rasa takut, melalui pendidikan
karakter, menciptakan kebijakan pencegahan bullying di sekolah dengan
melibatkan siswa, menciptakan sekolah model penerapan sistem anti-bullying,
serta membangun kesadaran tentang bullying dan pencegahannya kepada
stakeholders sampai ke tingkat rumah tangga dan tempat tinggal.
2.
Menata Lingkungan Sekolah Dengan
Baik.
Menata
lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak didik merasa
nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan membantu untuk
pencegahan bullying.
3.
Dukungan Sekolah terhadap Kegiatan
Positif Siswa.
Sekolah
sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa.
Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum dialog antara siswa
dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan membangun aturan sekolah dan
sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying.
Ratiyono
mengemukakan dua strategi untuk mengatasi bullying yakni strategi umum
dan khusus.
- Strategi umum dijabarkan dengan
menciptakan kultur sekolah yang sehat. Ratiyono mendeskripsikan kultur
sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, ritual, mitos dan
kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur
sekolah dilaksanakan oleh warga sekolah secara bersama baik oleh kepala
sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami
dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul.
- Sedangkan strategi khusus
adalah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menyebabkan
terjadinya tindakan bullying di lingkungan sekolah, aktifkan semua
komponen secara proporsional sesuai perannya dalam menanggulangi perilaku bullying,
susun program aksi penanggulangan bullying berdasarkan analisis
menyeluruh dan melakukan evaluasi dan pemantauan secara periodik dan
berkelanjutan.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang
dilakukan secara berulang-ulang dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan
dengan tujuan untuk melukai dan memnuat seseorang merasa tidak nyaman.
Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang
menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang
berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Pemahaman
moral bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana
seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk.
Peserta didik dengan pemahaman moral yang tinggi
akan memikirkan dahulu perbuatan yang akan dilakukan sehingga tidak akan
melakukan menyakiti atau melakukan bullying kepada temannya.
Selain itu, keberhasilan remaja dalam proses
pembentukan kepribadian yang wajar dan pembentukan kematangan diri membuat
mereka mampu menghadapi berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan
juga di masa mendatang. Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan asuhan dan
pendidikan yang menunjang untuk perkembangannya.
2.
Saran
- Hendaknya pihak sekolah
proaktif dengan membuat program pengajaran keterampilan sosial, problemsolving,
manajemen konflik, dan pendidikan karakter.
- Hendaknya guru memantau
perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun di luar kelas; dan
perlu kerjasama yang harmonis antara guru BK, guru-guru mata pelajaran,
serta staf dan karyawan sekolah.
- Sebaiknya orang tua menjalin
kerjasama dengan pihak sekolah untuk tercapainya tujuan pendidikan secara
maksimal tanpa adanya tindakan bullying antar pelajar di sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin,
Z.M. (2010). Mengatasi Bullying di Sekolah. Diperoleh pada 07 Desember
2013 dari http://www.masbied.com.
Ehan.
(2007). Bullying dalam Pendidikan. Diperoleh pada 05 Desember 2013
darihttp://www.upi.edu.ac.id.
Rahmawati,
N. (2013).Makalah Kasus Bullying. Diperoleh pada 05 Desember 2013 dari
http://www.nurrahmawatidududu.blogspot.com.
Sahputra,
H. (2009). Stop Bullying di Kalangan Pelajar. Diperoleh pada 07 Desember
2013 dari http://www.kabarindonesia.com.
Komentar
Posting Komentar